Wednesday, November 23, 2016



Entah kenapa, rasanya pengen banget berbagi cerita yang satu ini. Terutama buat temen-temen yang masih beranggapan kalo "zaman sekarang, narik cewek itu pake motor gede/mobil mewah/segala yang mewah-mewah". Haaaiii! Don't judge all the woman like that ya. Mungkin ada juga yang bahkan nganggep aku kaya gitu. Tapii mari kita masuk ke dalam ceritanya.
Oke aku mulai ceritanya yaa..

Kisah ini berawal dari tulisan aku yang berjudul "5 Tahun Lalu" udah pernah baca kan?
Nah, mulai dari jemputan pertama.. Ada kisah selanjutnya tentang hadiah tak terkira dan jemputan-jemputan berikutnya. Tapi, karena kita lagi ngomongin kendaraan (bukan perasaan), hubungannya disini adalah. transportasi jemputannya apa??!

Sebut aja dia itu si "legit". Si Legit ini awalnya pake motor berwarna kuning (alias punya ayahnya). Si kuning yang juga ikut andil dalam kisah pertemanan kami. Dari yang susah ngebelokin di gang rumah lah, modusnya ketemu di alf*mar*, nggak boleh dinyalain karena lagi azan, disuruh ngambil kue lapis, dan lain-lainnya. Sampe suatu hari si kuning harus rela keluar dari peradaban (huhuhu). Dari saat itulah, metode antar jemput sudah tidak digunakan.

Suatu hari, si Legit minta aku buat ngebantuin tugas kuliahnya. Tentang cara bikin video tutorial. Tepat di hari Sabtu, pas banget aku pulang kerja, aku dijemput kerumahnya. Nggak usah ngarep ada kendaraan. Jalan pun niatnya olahraga kok :D.
...
Sekian jam berlalu, sampe jam 10 malem belum juga selesai render. Untung terus ngabarin ke mamah. Jadi, karena si Legit nggak bisa nganter aku pulang, aku dijemput sama Pae tercinta. Ah~ senangnyaaa..

Berikutnya, suatu hari aku datang kerumah si Legit lagi. Karena dirasa sudah lama tidak bersenda gurau nyata. Pulangnya? Hujan. Aku nggak bawa payung dan kebetulan payung dirumahnya, yang tersisa tinggal si payung pelangi yang gedenya bisa nampung sampe 5 orang di dalemnya. Yaaa setidaknya pulang nggak keujanan :'D. Diantarlah aku sampe pangkalan ojek. Udah gitu? Dia pengen ikut nebeng. jadilah kita boti (bonceng tiga), sambil nenteng si payung pelangi jebag :'D.
~~

Setelah itu.. si Legit bersemangat mengumpulkan pundi-pundi rupiah biar bisa nyicil yang namanya motor. Dia udah nentuin pilihannya, dan minta saran juga ke aku. Waktu aku liat gambar motor yang dia mau. Jawaban aku waktu itu "itu nggak tinggi kan? nanti aku mau pake rok terus loh. kira-kira ribet nggak ya? apa nggak pilih motor yang standar ajaa?" Tapi apalah daya. Dia yang nabung dan aku yg cuma "nebeng", akhirnya aku ngebolehin aja. Setidaknya ada kendaraan yang bisa dan berguna banget buat dia.

Di dalam penantian (cyelaah) cerita demi cerita terlewati begitu saja.. Ada perasaan khawatir juga suka. Karena ketidakpastian yang melanda. Suatu hari dia kerumah pun pulangnya bareng Pae. Sampe yang katanya nggak kuat nanjak di tanjakan dan dia harus turun buat ngedorong motor Pae :''D.

Akhirnya penantian berbuah hasil legit selegit dirinya. Si Merah sudah lahiiir :D. Iya, si Merah namanya. Hari pertama si Merah dipake pemanasannya ke tempatnya kuliah. Tentu aja belum ada plat nomernya. Masih kinclong deh pokoknya. Trus si Merah juga dipake buat jemput aku ke tempat kerja. Takut rasanya (bukan senang dan bahagia). Karena, maklumlah.. Aku bukan orang yang berangan-angan seperti itu, juga aku fikir itu terlalu mewah bagiku (maaf ya readers).

Cerita berikutnya, kalo nggak salah sih di minggu ke-2. Plat nomer masih belum terpasang di badan si Merah.. Mamanya si Legit dikabarkan sakit demam berdarah dan dirawat di RS Cibeureum. Modal nekat dan rasa cinta yang kuat buat ketemu ayahnya tercinta, nggak bikin dia takut buat berkelana ke jalan besar yang penuh banyak rintangan disana. Itu hari Jumat, mamah aku udah nyiapin dua bungkus onde buat dibawa kesana. Ke kediaman ayah, juga kerumah sakit.

Perjalanan dimulai. Cuaca lumayan cerah. Setidaknya, kita harus ngisi bensin di pom bensin. Sempet dag dig dug karena takut karena usia si Merah yang belum berplat nomer. Takut bukan cuma disitu, tapi di kawasan penuh polisi di sepanjang jalan. Bahkan keadaan si Merah yang sempat bikin macet karena biker nya belum ahli. Nggak ada yang bisa aku lakuin selain berdoa dan nenangin si pengendara (Legit). Akhirnya, sampai juga di kediaman ayah. Lanjut ke RS, siih naik angkot.
Sekian ceritanya..
Sampe akhirnya kita pulang. Dan harus terus berjuang bareng si kecil (usianya) Merah. Sampe di kawasan rawan polisi, aku fikir ada polwan yang liat kita dan manggil.. "YaAllah.. Niat awal kami baik, lindungi kami". Di belokan yang lumayan tajam, ditambah hujan yang melanda.. Lengkap bikin jalanan licin, kami selamat. Pun sampe rumah, selamat dan baik-baik saja. "Terimakasih YaAllah"

Awal cerita tentang si Merah emang luar biasa. Aku fikir.. Aku nggak akan lupa cerita itu.. Banyak cerita-cerita lain dibalik si Merah. Juga pemiliknya yang terus berjuang untuk melunasinya (hehehe).. Aku fikir, si Legit punya ambisi memiliki si Merah karena banyaknya manfaat yang akan diraih. Bukan mudharat yang dengan niat untuk bergaya apalagi keren-kerenan.

So? Mungkin masih banyak cerita-cerita menarik lain tentang para perempuan yang nggak tergila-gila sama kekerenan laki-laki dengan hal-hal mewah yang dimilikinya.. Bagaimanapun, kita harus bersyukur, juga nggak ada salahnya kok dalam hati kecil kita pengennya sesuatu yang keren. Itu wajar dan manusiawi. Tapi jangan juga kalian para (laki-laki) diluar sana sampai mati-matian untuk terlihat gagah dan keren dengan memaksa untuk memiliki hal-hal mewah padahal bukan dengan cara halal bahkan yang sampai merugikan orang lain. Yang kalian kira dengan memilikinya, bisa memikat banyak wanita. Kami (para perempuan) lebih menghargai kalian yang mau berusaha daripada harus terus membanggakan harta orang tua yang sudah jelas itu bukan benar-benar jerih payah kita. Mari kita saling introspeksi, karena aku juga cuma berpendapat  menurut diri aku. Dan kalian boleh menyikapinya dengan hal-hal baik lainnya..

Semangat berjuang buat kita semua. Dan jangan lupa buat "be a positive person" yuuuuk!!