Thursday, September 16, 2021

#1 Nala 

"Pengin rasanya aku berhenti chat dia duluan. Pengin rasanya aku tega dan bodo amatan sama kaya yang dia lakuin ke aku. Tapi susaaah! Sifat keras kepalaku ini udah melekat kuat dan susah dilepas. Aku gigih karena penasaran, masa iyasih berakhir sampai di sini aja? Aku nggak akan menyerah sampai ketemu titik terang. Masa iyasih tu cowok nggak ada usahanya apa kek, mikir aku nggak baik-baik aja kek, atau apa gitu kek. Uuuuh!! Stop Nalaaa! Semua udah sangat jelas dan terang La. Kamu harus buka mata dan stop nyalahin diri kamu sendiri!". 

Kurang lebih gitu deh yang hatiku ucapkan ke diriku sendiri. Semenjak putus dua minggu yang lalu aku rasanya makin nggak waras, tiap waktu aku bisa ngobrol sama diriku sendiri bahkan berantem trus akhirnya bete, laper tapi nggak nafsu makan, pusing tapi nggak bisa tidur karena banyak kerjaan. 

Eitt tunggu, tadi aku bilang apa? Putus? Emm.. Agak aneh sih kalo dibilang putus, aku kan nggak pernah pacaran sama dia. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Cuma hubungan spesial yang terjalin dua tahun terakhir ini dan diketahui kok sama kita berdua.

="=

Aku sampai lupa kalau belum berkenalan. 

Hai! Aku Nala. Anak seperempat abad yang sedang galau-galaunya masalah asmara. Gimana enggak, tuntutan orangtua dan keluarga bikin aku jadi stres dan takut kalo kumpul-kumpul. Yang disinggung lagi-lagi tentang "dia" terus. Padahal "dia"nya ini aja nggak tau siapa, alias "dia" si "jodoh" yang minta cepet-cepet dikenalin dan dihalalin. Ugh! Sebel! Walaupun aku udah 25 tahun, aku ngerasa kaya masih 20 tahun. Masih ada 5 tahun lagi kok buat aku bersenang-senang dan kenalan sama banyak orang. Kenapa sih harus sekarang dan cepet-cepetan. Kesel!

="=

"Di depan aja Pak!"

"Oke, Neng!" sahut abang ojek online.

Ini hari yang ke 17 aku nggak semangat ngantor. Penyemangatku lenyap begitu saja, dengan mudahnya. Sedih sih, banget. Soalnya dia bisa jadi siapa saja, kadang spesial, seringnya spesial banget di dua tahun terakhir ini. Udah ah! Pusing! Baru juga sampai pintu depan udah kepikiran lagi kan. Pokoknya siang ini aku harus berhasil nelen nasi!

Oh ya, aku kerja di agensi tapi perusahaan rintisan yang gitu. Yaa biasanya sih nerima yang produknya tu kecantikan. Aku sebagai seorang writer di tahun ini, iya soalnya tahun lalu aku jadi 'sampling' gitu, emm gimana ya nyebutnya. "Model" kali yaa. Sebetulnya awal melamar kesini aku ragu banget, aku si Nala yang males dandan dan nggak ngerti gimana menjaga kesehatan kulit ini mana ngerti produk-produk kesehatan kulit, tapi nekat. Entah karena kepolosanku kali ya, awal-awal masa probation hampir setiap hari kulit wajahku ini jadi percobaan. Emang bawa untung sih, pakai produk apa pun nggak pernah bermasalah. Jadi kepikiran, mungkin karena itu juga aku akhirnya lolos probation. Nggak kerasa, besok udah genap 2 tahun aku bekerja di sini. Traktir Rara ah!

="=

Setelah membaca pesan singkat dari dia, tiba-tiba aku nggak nafsu lagi buat makan siang. Ini pesan pertama yang dia kirim setelah hampir 3 minggu aku terus yang chat duluan.

..

> Ini adalah cerita serial pertama coretan ranting. Bercerita tentang Nala, si perempuan seperempat abad yang masih mencari judul dalam kisah cintanya yang nyangkut pada dua pilihan. Ikuti terus kisahnya Nala ya!

 Melintas


Setelah mengetik judul, aku nggak tau harus mulai ngetik lagi dari mana. Yang jelas ini cerita tentang cinta. Hal yang sebetulnya nggak mau dan nggak begitu suka aku tuliskan dan ceritakan kepada siapa saja secara sembarangan. Tapi awal bulan ini aku sedang nggak baik-baik aja, bisa jadi baik tapi nggak juga, pokoknya gitu deh.

Setelah ngobrol sama diri sendiri setiap hari setiap waktu, ternyata kalau kita cuma sendiri nggak seru. Iya maksudnya nggak ada yang mencintai. Bukan-bukan, aku bukan kurang kasih sayang orangtua dan keluarga tapi sedang butuh aja orang lain di luar itu. Mungkin karena banyak sebab juga, paparan media sosial lah, gosip-gosip tetangga lah, bahkan yang terlintas doang di pikiran. Nggak mau sebutin ah, pasti kamu juga tau sendiri apa maksudnya.

Dag dig dug saat umur sudah memasuki (kata orang sih) idealnya untuk menjalin hubungan secara resmi diakui agama dan negara. Beban mikirinnya. Galau juga deng. Terus terlintas walau secara sekilas nanti bakalan ketemu si dia dalam kondisi gimana ya, dia orangnya gimana ya, semoga ibunya nggak nuntut banyak dari mantunya soalnya aku takut (belum bisa masak sampai sekarang), dan pikiran aneh lainnya yang harusnya sih nggak usah juga dipikirin.

Tapi kepikiran.

Ketika cita-citaku berangsur habis, aku punya cita-cita baru lainnya yang akan kulahap dan kumenangkan! Tapi yang satu ini nih ada terus dan belum ilang, yaiyalah kan belum kudapatkan. 

Pernah nggak sih punya wishlist gitu, nanti pengin deh ketemu si dia di gramedia, ketemu si dia waktu majelis, ketemu si dia di Taman Safari hahahhaha. Apa cuma aku ya?
Yang bikin makin sedih karena kondisiku yang seringnya di rumah. Main media sosial pun jarang bahkan nggak pernah lagi, nggak deng. Yaa pokoknya banyak aktivitas yang aku lakuin di rumah aja, gimana orang bakalan kenal. Apakah dari dua puluh ribu lebih peserta webinar yang kubawakan ada si dia nyempil dan sempat ikut foto bersama? Bisa jadi ya. Atau juga dari aku yang sekadar ambil uang di ATM trus sambil lalu balik lagi pulang ternyata selanjutnya dia ambil uang juga di ATM yang sama selepas kepergianku dari situ. Menurutku nggak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya udah ditakdirkan, bahkan saat dia ditakdirkan melintas entah dari mana mau ke mana sampai aku dan dia sama-sama nggak tau kalau kita saling melintas di suatu tempat atau peristiwa. Atau mungkin dia yang selama ini ada di depan mata?

Udah segitu aja. Akhir kata aku ingin ucapkan sampai berjumpa lagi.